Kisah ini berawal di jantung pariwisata Sumatera Utara, tepatnya di kawasan indah Bukit Lawang yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser. Di balik pesona alam yang memukau, daerah ini menghadapi tantangan besar: pengelolaan sampah. Namun, di tengah tantangan ini, seorang pemuda bernama Hanzalah Rangkuti hadir membawa perubahan mendasar, menjadikannya pahlawan lingkungan lokal.
Lahirnya Gerakan Berbasis 3R
Hanzalah Rangkuti adalah inisiator sekaligus pendiri dari Sumatera Trash Bank (STB), sebuah inisiatif yang resmi berdiri pada 23 November 2020. Gerakan ini didorong oleh visi sederhana namun kuat: mengubah sampah plastik yang mencemari lingkungan menjadi aset bernilai melalui implementasi ketat prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Tujuannya jelas—mengurangi volume sampah, mengedukasi publik, dan mewujudkan lingkungan Bukit Lawang yang bersih dan lestari.
Membangun Ekonomi dari "Tabungan Sampah"
Melalui STB, Hanzalah berhasil mengubah cara pandang masyarakat. Warga, dari rumah tangga, sekolah, hingga pelaku pariwisata, tidak lagi membuang sampah, melainkan menabungnya. STB telah berhasil melibatkan lebih dari 400 nasabah aktif dalam sistem bank sampah berbasis komunitas ini.
Program ini menawarkan solusi ekonomi sirkular yang nyata. Sampah terpilah dihargai, dicatat, dan nilainya dapat dicairkan. Uang yang didapatkan dari sampah ini berperan sebagai penghasilan tambahan yang membantu menopang perekonomian keluarga.
Lebih jauh, sampah yang terkumpul kemudian diolah menjadi produk bernilai guna tinggi. Contoh utamanya adalah ecobrick, botol plastik yang dipadatkan dengan sampah plastik kering. Ecobrick ini dihargai (sebelumnya mencapai Rp 5.000 per botol 7 ons) dan kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bangunan alternatif yang fungsional.
Kepemimpinan Proaktif Menghadapi 5 Ton Sampah Harian
Komitmen Hanzalah semakin krusial mengingat skala masalah di Bukit Lawang. K
...