Siapa sangka, di balik bau kandang domba di Desa Ngrayung, Tuban, tersembunyi sebuah revolusi ekonomi digital yang mengubah nasib ratusan keluarga? Kisah luar biasa ini bukan tentang modal raksasa, melainkan visi cerdas seorang pemuda, Tatag Adi Sasono. Lulusan akuntansi ini melihat domba bukan sekadar ternak, tetapi sebagai mesin pertumbuhan terintegrasi yang optimal dari pakan, daging, hingga pupuk.
Konsistensinya dalam kepemimpinan dan kewirausahaan sudah teruji sejak mahasiswa, bahkan pernah meraih Nutrifood Leadership Award 2016. Inilah kisah bangkitnya Tatag Adi Sasono bersama timnya (Yulianto dan Ollan Putra) yang mendirikan PT Mitra Ternak Berkelanjutan pada tahun 2024. Setelah sempat dihantam badai wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku), mereka berhasil pivot dan kini mengelola ekosistem agribisnis yang menjangkau lebih dari 300 mitra aktif serta Pekerja Migran Indonesia (PMI) di mancanegara. Sebuah pencapaian luar biasa yang berhasil menonjol di antara 17.708 peserta SIA 2025.
Atas dampak sosial-ekonomi yang masif dan inovasi bisnisnya yang teruji, Astra memberikan apresiasi SATU Indonesia Awards (SIA) ke-16 di bidang kewirausahaan 2025 kepada Tatag Adi Sasono.
Fondasi Inovasi Mitra Ternak Farm
Jauh sebelum inovasi digital merevolusi, PT Mitra Ternak Berkelanjutan (2024), yang didirikan Tatag dan timnya, berawal dari pengalaman pahit. Fokus awal peternakan sapi terpaksa dihentikan akibat wabah PMK yang merugikan. Berbekal analisis risiko mendalam sebagai lulusan akuntansi, Tatag bangkit dengan pivot strategis dari sapi ke domba (fokus pembibitan berkualitas). Domba dipilih karena siklus cepat, risiko penyakit lebih terkendali, dan Tuban sebagai sentra domba nasional. Langkah ini mengubah krisis menjadi peluang.
Keberhasilan ini didorong sistem manajemen profesional dan digitalisasi. Tatag menghilangkan ketidakpastian peterna
...
Harap
Masuk to untuk membaca tulisan lengkapnya.
