Di jantung keindahan alam Sumatera Utara, tersembunyi sebuah kawasan yang menjadi rumah bagi habitat orangutan yang menawan: Bukit Lawang. Namun, keindahan ini tak luput dari ancaman modern, yaitu tumpukan sampah plastik.



Di jantung keindahan alam Sumatera Utara, tersembunyi sebuah kawasan yang menjadi rumah bagi habitat orangutan yang menawan: Bukit Lawang. Namun, keindahan ini tak luput dari ancaman modern, yaitu tumpukan sampah plastik. Di saat banyak pihak hanya bisa mengeluh, seorang pemuda lokal bernama Hanzalah Rangkuti melihat masalah ini bukan sebagai akhir, melainkan sebagai sebuah peluang ekonomi yang revolusioner. Ia tidak hanya berniat membersihkan lingkungan; ia bertekad mengubah sudut pandang seluruh komunitas terhadap limbah yang selama ini dianggap beban.

Namun, bagaimana mungkin Hanzalah meyakinkan ratusan rumah tangga untuk mengubah kebiasaan yang sudah mendarah daging?

Pria yang diakui sebagai Perintis Ekonomi Sirkular dari Bukit Lawang ini memperkenalkan sebuah sistem yang mengubah plastik dari polusi menjadi tabungan masa depan. Bayangkan, warga kini bersemangat mengumpulkan sampah, tidak untuk dibuang ke sungai, tetapi untuk ditukar dengan nilai ekonomis. Melalui inisiatifnya yang bernama Sumatera Trash Bank, Hanzalah berhasil menumbuhkan rasa kepemilikan kolektif terhadap kebersihan.

Kisah inspiratif yang sukses menggerakkan lebih dari 400 pihak ini telah mendapat pengakuan nasional yang bergengsi. Mari kita telusuri lebih dalam bagaimana Hanzalah Rangkuti, dengan konsistensi aksi rutinnya dan dukungan penuh dari Astra melalui 16th SATU Indonesia Awards 2025, berhasil membuktikan bahwa solusi lingkungan dapat berjalan selaras dengan kesejahteraan dan kelestarian Bukit Lawang.

Dari Masalah Sampah Menjadi 'Bank' Berharga

Hanzalah Rangkuti menyadari bahwa kunci untuk mengatasi masalah sampah kronis di Bukit Lawang bukanlah sekadar menyediakan tempat sampah baru, melainkan mengubah motivasi masyaraka





...
Harap Masuk to untuk membaca tulisan lengkapnya.