Bayangkan sebuah kain yang tak sekadar menutup tubuh, tetapi juga menyimpan kisah tentang alam, budaya, dan keberlanjutan. Setiap corak di permukaannya bukan hasil tinta buatan, melainkan jejak daun, bunga, dan kulit kayu yang bersemayam di atas serat kain alami. Dari keindahan yang sederhana itu, lahirlah karya bernama Semilir Ecoprint — label fesyen berkelanjutan asal Bengkulu yang kini menembus pasar global.
Didirikan oleh Alfira Oktaviani pada Januari 2018, Semilir Ecoprint tumbuh dari usaha rumahan menjadi brand yang mengusung filosofi “dari alam untuk alam.” Dengan teknik ecoprint pada kain lantung khas Bengkulu — kain tradisional yang terbuat dari kulit kayu terap — Alfira tidak hanya menghidupkan kembali warisan budaya daerahnya, tetapi juga memberdayakan komunitas lokal serta mengajak masyarakat lebih sadar akan gaya hidup berkelanjutan.
Perjalanan Alfira sendiri berawal dari latar belakang yang tak terduga. Sebagai seorang apoteker, ia sempat meninggalkan dunia kerja demi fokus pada keluarga. Namun kecintaannya pada seni dan fesyen menuntunnya menemukan teknik ecoprint — perpaduan unik antara sains, alam, dan kreativitas. Dari eksperimen sederhana di rumah, lahirlah kain-kain penuh warna alami yang kini menjadi ciri khas Semilir Ecoprint.
Sejak awal, Alfira menanamkan visi yang kuat: menghadirkan karya yang menyatu dengan alam tanpa meninggalkan nilai budaya. Semangat itu sejalan dengan visi Astra: “Satukan Gerak, Terus Berdampak,” yang menjadi inspirasi bagi Alfira untuk terus berinovasi, berkolaborasi, dan membawa perubahan positif bagi masyarakat serta lingkungan.
Jejak Perjalanan Semilir Ecoprint
Sejak berdiri pada Januari 2018, Semilir Eco
...
Harap
Masuk to untuk membaca tulisan lengkapnya.