Di tengah perbukitan hijau dan jalan berbatu di pelosok Nusa Tenggara Timur (NTT), seorang perempuan muda menyalakan cahaya harapan bagi desanya. Namanya Theresia Dwiaudina Sari Putri, atau akrab disapa Dinny — seorang bidan yang memilih mengabdikan diri.


Di tengah perbukitan hijau dan jalan berbatu di pelosok Nusa Tenggara Timur (NTT), seorang perempuan muda menyalakan cahaya harapan bagi desanya. Namanya Theresia Dwiaudina Sari Putri, atau akrab disapa Dinny — seorang bidan yang memilih mengabdikan diri di Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende.

Ia bukan datang untuk mencari kenyamanan, melainkan membawa kehidupan. Di tempat yang jauh dari kemewahan fasilitas kesehatan, Theresia menjadi simbol dari ketulusan, keberanian, dan makna sejati pengabdian.

Pengabdiannya mendapat pengakuan nasional ketika ia terpilih sebagai penerima apresiasi bidang kesehatan dalam 14th SATU Indonesia Awards (Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia Awards) 2023.

Penghargaan itu bukan sekadar simbol prestasi, tetapi pengakuan atas perjuangan seorang tenaga kesehatan yang terus menyalakan harapan, bahkan di tengah keterbatasan.

Dari Kota ke Desa Terpencil — Memulai Pengabdian

Tahun 2017 menjadi titik balik dalam hidup Theresia. Saat banyak rekan sejawat memilih bekerja di kota, ia justru menandatangani kontrak penugasan di Desa Uzuzozo — sebuah wilayah yang bahkan sebagian besar tenaga medis enggan datangi karena aksesnya sulit dan terisolasi.

Untuk mencapai desa itu, ia harus menempuh perjalanan panjang melewati jalan berbatu dan tanjakan curam. Kadang kendaraan tak bisa lewat, sehingga ia berjalan kaki sambil membawa tas berisi peralatan medis seadanya.

“Kalau bukan saya, siapa lagi?” ucapnya lirih ketika mengenang hari pertama bertugas.

Potret Langkah kecil Theresia menuju Desa Uzuzozo menjadi bukti besar peng






...
Harap Masuk to untuk membaca tulisan lengkapnya.