Paradoks Piring Mewah dan Piring Kosong. Indonesia dikenal sebagai negeri dengan seribu rasa kuliner yang memikat dan kekayaan pangan yang melimpah. Namun faktanya, negeri ini justru dihadapkan pada realitas yang menyakitkan: negara kaya bumbu dan sajian fantastis, tetapi ironisnya juga menjadi salah satu penyumbang limbah makanan terbesar di dunia.
Setiap tahun, jutaan ton makanan terbuang sia-sia, sementara jutaan orang pada saat yang sama masih berjuang mendapatkan akses pangan layak. Di tengah ironi ini, muncullah sosok inspiratif, Kevin Gani, yang mengubah kepeduliannya menjadi aksi nyata.
Dari keprihatinan itu, lahirlah Garda Pangan pada tahun 2017. Kisah Kevin adalah narasi tentang bagaimana kepedulian yang tulus dapat melahirkan solusi nyata dan berkelanjutan. Ia tak hanya melihat masalah, tetapi juga peluang: mengubah “surplus pangan” menjadi “asa” bagi sesama.
Potret Pengambilan surplus makanan oleh relawan Garda Pangan dari donasi industry makanan
(Sumber: gardapangan.org)
Mengambil surplus pangan yang masih berkualitas—makanan berlebih yang sering kali berakhir di tempat sampah—menjadi inti dari perjuangan Kevin Gani dan Garda Pangan. Tindakan ini dilakukan atas dasar tiga pilar utama: kemanusiaan, lingkungan, dan ekonomi.
Dengan menyelamatkan surplus pangan, Kevin menghadirkan solusi ganda: mengurangi pemborosan sekaligus meningkatkan akses pangan bagi masyarakat yang membutuhkan. Langkah ini pun berlanjut ke sisi lain dari persoalan pangan: sampah organik. Bagi Kevin, bahkan makanan yang sudah tidak layak konsumsi tetap memiliki nilai, sebab sampah makanan yang membusuk berpotensi menghasilkan emisi
...