Tangan-tangan terampil itu nyaris menyerah. Krisis ekonomi dan desakan modernitas telah mengancam untuk memutus benang warisan berusia ratusan tahun. Inilah realitas pahit yang dihadapi para penenun Tenun Bima,


Tangan-tangan terampil itu nyaris menyerah. Krisis ekonomi dan desakan modernitas telah mengancam untuk memutus benang warisan berusia ratusan tahun. Inilah realitas pahit yang dihadapi para penenun Tenun Bima, di mana minimnya akses pasar dan ketidakpastian ekonomi membuat profesi mulia ini perlahan ditinggalkan.

Namun, dari keterbatasan itu muncul harapan melalui sosok Yuyun Ahdiyanti. Perempuan gigih dari Kampung Ntobo, Bima, NTB, ini bertekad mengangkat kembali Tenun Bima yang baginya bukan sekadar kain, melainkan warisan leluhur yang harus terus hidup. Melalui UKM Dina, Yuyun memadukan tradisi dengan inovasi agar para penenun dapat meraih peluang yang lebih luas.

Yuyun tidak berjuang sendiri. Berkat kolaborasi dengan Astra, ia mengimplementasikan program pendampingan yang berhasil memberdayakan lebih dari 200 penenun, membuka akses pasar, dan meningkatkan kualitas produk.

Dedikasinya membuahkan hasil nyata: UKM Dina kini sukses menembus pasar nasional dan internasional. Puncaknya, Yuyun Ahdiyanti diakui sebagai Pemenang SATU Indonesia Awards 2024 dari Astra di bidang Kewirausahaan.

Potret Yuyun Ahdiyanti Meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 dari Astra di bidang kewirausahaan
 (Sumber: Instagram @satu_indonesia)

Prestasi ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi dapat berjalan beriringan. Kisah Yuyun adalah inspirasi: dengan tekad kuat dan kolaborasi yang tepat, satu individu mampu membawa dampak nyata, mengubah nasib komunitas, dan menjaga warisan budaya bangsa.

Menjaga Warisan, Memberdayakan Penenun

Bagi Yuyun Ahdiyanti, tenun bukan sekadar kain. Ia adalah identitas,







...
Please signin to read the full story.